Laman

Senin, 29 Desember 2008

PENDIDIKAN LINGKUNGAN DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA




Sejak tahun 2000 pendidikan lingkungan bagi sekolah formal, dalam hal ini di SMP Negeri Karimunjawa, sudah dilakukan. Dasar pemikirannya adalah perubahan mindset tentang lingkungan hidup akan lebih mudah masuk dan dicerna oleh anak muda daripada orang tua yang merasa punya banyak pengalaman hidup. Meskipun sebenarnya dalam hati kecil, mereka pasti mengakui keberadaan degradasi lingkungan akibat perilakunya sendiri. Namun kenyataannya jarang ada yang mau mengakui secara langsung.

Dengan dasar itu, maka pendidikan lingkungan di Karimunjawa dimasukkan dalam kurikulum lokal baik tingkat SD maupun SMP (karena belum ada SMA). Balai Taman Nasional Karimunjawa sebagai pengelola kawasan konservasi merasa terpanggil untuk mendukung ide itu yang berasal dari seorang dosen UNNES Semarang. Bentuk dukungannya adalah dengan memberikan tugas kepada staff yang ditunjuk untuk mengelola dan mengajarkan materi lingkungan hidup.

Sejalan dengan waktu, kegiatan pendidikan lingkungan dirasakan memberikan warna positif yang impresif bagi kemudahan pengelolaan kawasan konservasi ke depannya. Oleh sebab itu, dibuatlah master plan pendidikan lingkungan untuk usia wajib belajar dan SMA. Selain itu dibuat juga sarana pendukung lainnya, seperti buku modul pelajaran, alat peraga di kelas serta training untuk tenaga pengajar di luar staff Balai Taman Nasional Karimunjawa (guru SD dan MTs). Bahkan dengan kreativitas dari staff pengajarnya, dimanfaatkanlah potensi alam Karimunjawa sebagai laboratorium hidup atau laboratorium alam bagi kepentingan praktek siswa. Tentunya alat pendukung praktek yang digunakan juga hasil kreativitas staff pengajar tersebut.

Disamping praktek di alam, dilakukan pula kegiatan penanaman bibit pohon, bersih pantai, hiking dan kemah pramuka bagi siswa SMP Karimunjawa sebagai tambahan pengalaman dari pelajaran yang diterima di kelas. Dari kegiatan tersebut, pengajar berusaha menunjukkan kepada siswa bahwa menjaga lingkungan itu sangat susah jika tidak dilandasi kesamaan pemahaman dari semua pihak. Bagaimana sampah itu bisa mengotori pantai, bagaimana pohon itu tumbuh, berapa lama terbentuknya hutan dan beragam penjelasan lainnya dapat langsung diperoleh beserta buktinya. Tentunya hal ini mempermudah pemahaman siswa tentang kondisi alam yang sebenarnya.

Pelan tapi pasti, kegiatan tersebut menampakkan hasilnya. Dari obrolan warung kopi sampai arisan ibu-ibu, terdengar berita bahwa anaknya mulai bertanya tentang lingkungan kepada orang tuanya. Si anak bertanya, “Mengapa ikan hidup di terumbu karang? Mengapa mengebom ikan tidak boleh? Mengapa menebang pohon di hutan itu tidak baik?” dan sebagainya. Pertanyaan ini setidaknya sebagai pengingat bagi kaum tua yang merasa banyak pengalaman, bahwa jawaban yang mereka berikan akan selalu diingat oleh si anak. Dan orang tua akan merasa minimal tidak enak, jika melakukan sesuatu yang buruk terhadap alam.

Bukti nyata keberhasilan taraf awal dari pendidikan lingkungan ini adalah tindakan penyelamatan beberapa satwa langka dari ancaman kematian maupun penangkapan manusia. Sebagai contoh, membantu penyelamatan elang laut dada putih, penyelamatan elang migran, membantu monitoring green belt, dan sebagainya. Berangkat dari hal kecil, harapan kita adalah menjadikannya berarti besar, baik kualitas maupun kuantitas aktivitas dan pelakunya. Dengan makin berkembangnya ekoturisme, maka makin mendukunglah kondisi pelaksanaan pendidikan lingkungan. Keterlibatan lulusan SMP dalam kegiatan ekoturisme memberikan kemantapan pemahaman tentang pelestarian alam sekaligus bukti bahwa penghasilan tidak hanya didapat jika kita mengeksploitasi alam secara langsung saja. Tetapi juga dapat diperoleh dengan memanfaatkannya secara tidak langsung dan lebih lestari.

Saat ini kegiatan pendidikan lingkungan di sekolah formal Karimunjawa masih berlangsung. Untuk tingkat SD diajarkan oleh gurunya sendiri, tentunya setelah mengikuti training khusus yang diselenggarakan oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa. Peran staff balai taman nasional hanya memonitor dan mendatangi mereka dalam rangka kegiatan kunjungan atau training tertentu. Yang jelas dukungan buku dan alat peraga masih tetap ada. Untuk tingkat SMP dan SMA diajarkan oleh staff balai taman nasional yang ditunjuk berdasarkan kriteria tertentu. Mereka mengajar secara iklas karena tidak mendapat honor tambahan. Bagi mereka yang penting adalah memperluas relasi dalam mengelola lingkungan secara menyeluruh. Karena hal itu diyakini suatu saat akan mempermudah pekerjaan kita dalam mengelola kawasan konservasi agar tetap lestari serta mensejahterakan masyarakat sekitar kawasan.
(tokyo, 081229)

2 komentar:

m. hariyanto mengatakan...

wah bisa di copy nih

e_conservation mengatakan...

bisa aja pak har, demi kemajuan bersama kalo memang bermanfaat bisa diadopsi kok program itu.

Tema apa yang anda harapkan?

Apakah blog ini cukup informatif dan menarik?