Selasa, 04 Maret 2025
Kamis, 20 Februari 2025
MENTAL BURUH

Jumat, 10 Juni 2022
TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING, BENTENG TERAKHIR KAHIYU
Mengakhiri masa hiatus dari blog ini, saya akan bercerita tentang tempat kerja yang baru. Sejak bulan Agustus 2019, saya mendapat kepercayaan untuk tugas di Pulau Kalimantan. Memang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa saya akan keluar dari Pulau Jawa. Biasanya hanya melaksanakan perjalanan dinas saja, tapi kali ini menetap. dan tak terasa sudah 3 tahun berdomisili di Kota Manis Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Kotanya indah, suasana masyarakat Jawa tetap ada, lumayan ramai karena salah satu jalur masuk transportasi air dan udara dari Pulau Jawa.
Jika dalam tugas sebelumnya saya memiliki kewenangan di bidang pengamanan dan perlindungan kawasan, kali ini saya diberi kewenangan untuk menyusun perencanaan, evaluasi, program, kerjasama, kepegawaian, keuangan, BMN, perlengkapan, arsip, persuratan, pelayanan, perpustakaan, humas, dan lainnya. Intinya kerja kantoran, lengkap dari urusan AC sampai WC.
Untuk lokasi kantornya tidak jauh dari Bandara Iskandar dan Pelabuhan Kumai, namanya Kantor Balai Taman Nasional Tanjung Puting. Pernah dengarkah? Bagaimana dengan Kahiyu? Setidaknya kalau Orangutan pasti pernah dengar kan? Apa hubungannya dengan Orangutan?
Orangutan hanya ada di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera. Tidak ada di tempat lain di dunia ini. Dari kedua tempat tersebut, sampai saat ini teridentifikasi ada 3 jenis Orangutan. Nah untuk di Pulau Kalimantan, Orangutan biasa disebut Kahiyu oleh orang Dayak. Populasi Orangutan yang cukup banyak berada di Taman Nasional Tanjung Puting. Selain itu, dalam kajian sejarah kawasan konservasi, cikal bakal Taman Nasional Tanjung Puting adalah kawasan Suaka Margasatwa Sampit dan Suaka Margasatwa Kotawaringin yang dalam mandatnya ditetapkan untuk melindungi rumah satwa, diantaranya Orangutan, Bekantan, Banteng, Badak, dan satwa khas lainnya. Penetapan SM Sampit oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1936 dengan luas 205.000 ha, sedangkan SM Kotawaringin oleh Kerajaan Kotawaringin tahun 1937 dengan luas 100.000 ha. Kedua kawasan konservasi itu kemudian dijadikan satu menjadi Suaka Margasatwa Tanjung Puting pada tahun 1978 seluas 300.040 ha.
Pada era 70-an itulah, kawasan Tanjung Puting kedatangan ilmuwan yang meneliti Orangutan dari Kanada, tepatnya tahun 1973. Sebagai salah satu murid dari Dr. Louis Leakey dari 3 muridnya yang meneliti kera besar di dunia (Orangutan, Gorila, dan Simpanse), Dr. Birute Mary Galdikas datang ke Pangkalan Bun untuk meneliti Orangutan. Selain berperan besar dalam upaya konservasi Orangutan, beliau juga mendukung pengelolaan Taman Nasional Tanjung Puting sampai saat ini. Mulai dari memperkenalkan Orangutan ke berbagai kalangan pendidikan, konservasionis, dan bisnis, sampai dengan mempromosikan wisata alam Orangutan ke dunia internasional. Oleh karenanya, Taman Nasional Tanjung Puting sangat identik dengan satwa Orangutan.
Saat ini kawasan darat Taman Nasional Tanjung Puting sudah ditata batas dan ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan luas wilayah daratan sekitar 389.368 ha ditambah luas wilayah perairan sekitar 25.000 ha, sehingga luas keseluruhan wilayah Taman Nasional Tanjung Puting adalah 414.368 ha. Luas wilayah ini terbagi menjadi 3 Seksi Pengelolaan Taman Nasional, yang kemudian dibagi habis ke dalam 11 Resort, yaitu Resort Sungai Cabang, Resort Teluk Pulai, Resort Pesalat, Resort Camp Leakey, Resort Pondok Ambung, Resort Sungai Kole, Resort Pembuang Hulu, Resort Telaga Pulang, Resort Baung, Resort Tanjung Rengas, dan Resort Sungai Perlu. Sebagai sebuah taman nasional, pengelolaan kawasannya berdasarkan dengan sistem zonasi. Taman Nasional tanjung Puting memiliki 8 zona, yaitu Zona Inti, Zona Rimba, Zona Perlindungan Bahari, Zona Pemanfaatan, Zona Tradisional, Zona Rehabilitasi, Zona Religi Budaya, dan Zona Khusus.
Nah demikian sekilas tempat kerja saya dan kawasannya yang merupakan benteng terakhir bagi Kahiyu, sehingga sering disebut Taman Nasional Tanjung Puting Rumah Kahiyu.
Mau lanjut ceritanya? Tunggu edisi selanjutnya ya.......
Selasa, 30 Maret 2010
Dampak Awal Program Pemberdayaan di TNKJ
Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.456/MENHUT-VII/2004 menyatakan bahwa salah satu dari 5 kebijakan prioritas adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan. Taman Nasional Karimunjawa sebagai bagian dari Departemen Kehutanan merancang program pemberdayaan bagi masyarakat lokal. Program ini bertujuan untuk mengurangi pemanfaatan sumber daya alam yang merusak. Tipe program ini adalan dengan memberikan bantuan alat produksi berdasarkan keinginan masyarakat setempat.
Meskipun program ini sudah berjalan selama delapan tahun, namun hasilnya masih diperdebatkan. Hal itu juga terlihat dari keadaan masyarakat lokal yang terlihat tidak ada perubahan yang signifikan secara ekonomi. Oleh sebab itu sebuah studi penelitian untuk mengetahui dampak awal dari program pemberdayaan (PUE) ini diperlukan.
Penelitian yang dilakukan di Taman Nasional Karimunjawa ini dilakukan dengan metode stratified random sampling untuk memperoleh data primer dengan penyebaran quisioner. Fokus grup diskusi juga dilakukan pada kelompok masyarakat tertentu, seperti ibu-ibu di pengajian, bapak-bapak di kelompok tani nelayan, serta dibalai desa. Untuk wawancara dilakukan kepada tokoh-tokoh yang berperan lebih, seperti pengelola program, perencana, masyarakat penerima, aparatur desa, dan tokoh masyarakat lainnya.
Sumber data primer berasal dari seluruh lapisan masyarakat, baik yang ikut program ini maupun yang tidak ikut dengan jumlah 206 responden. Sebanyak 78 responden adalah yang berpartisipasi dalam program ini dan 128 responden yang belum terlibat dalam program PUE. Selanjutnya data sekunder diambil dari laporan pelaksanaan kegiatan, data statistik dari BPS, TNKJ serta desa. Informasi tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat, pola kehidupan serta perilakunya sedikit banyak sudah diketahui oleh peneliti karena selama 8 tahun lebih peneliti tinggal di lokasi penelitian untuk bekerja sebagai Polisi Kehutanan.
Analisa data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memperhatikan faktor usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, keterlibatan dalam program ini serta pendapatan keluarga. Data tersebut dianalisa dengan melihat nilai riil dari pendapatan tahun 2008 serta Engel Index untuk mengetahui proporsi pengeluaran untuk kebutuhan makanan.
Hasil penyebaran kuisioner sebanyak 206 memperlihatkan bahwa responden didominasi oleh kepala keluarga yang berumur antara 30 sampai 49. Adapun latar belakang pendidikannya sebanyak 154 responden (75%) merupakan lulusan SD. Sedangkan jumlah anggota keluarga sebanyak 3 dan 4 orang merupakan responden yang mendominasi.
Tabel 1.1. Distribusi tambahan pendapatan keluarga dari program PUE dan pendapatan keluarga responden
No | Category | Income from program*) | Own income | Household income | ||||
% | number | % | number | % | number | |||
1 | Age | 20-29 | 8% | 69,909 | 92% | 774,273 | 100% | 844,182 |
| | 30-39 | 7% | 79,560 | 93% | 1,136,640 | 100% | 1,216,200 |
| | 40-49 | 7% | 129,625 | 93% | 1,632,208 | 100% | 1,761,833 |
| | 50-59 | 8% | 137,750 | 92% | 1,554,875 | 100% | 1,692,625 |
| | 60-69 | 3% | 50,000 | 97% | 1,770,000 | 100% | 1,820,000 |
| | 70-79 | 6% | 60,000 | 94% | 900,000 | 100% | 960,000 |
Average | 6% | 87,807 | 94% | 1,294,666 | 100% | 1,382,473 | ||
2 | Education | Not school | 10% | 118,000 | 90% | 1,073,000 | 100% | 1,191,000 |
| | Elementary | 8% | 115,763 | 92% | 1,361,492 | 100% | 1,477,254 |
| | Secondary | 4% | 54,364 | 96% | 1,327,364 | 100% | 1,381,727 |
| | High school | 5% | 55,000 | 95% | 1,120,000 | 100% | 1,175,000 |
Average | 7% | 85,782 | 93% | 1,220,464 | 100% | 1,306,245 | ||
3 | Occupation | Fisherman | 7% | 95,756 | 93% | 1,246,444 | 100% | 1,342,200 |
| | Farmer | 6% | 86,200 | 94% | 1,402,333 | 100% | 1,488,533 |
| | Craftsman | 22% | 300,000 | 78% | 1,060,000 | 100% | 1,360,000 |
| | Others | 8% | 134,176 | 92% | 1,498,176 | 100% | 1,632,353 |
Average | 11% | 154,033 | 89% | 1,301,739 | 100% | 1,455,772 | ||
4 | Family | 2 | 13% | 144,000 | 87% | 979,400 | 100% | 1,123,400 |
| number | 3 | 9% | 100,280 | 91% | 1,065,120 | 100% | 1,165,400 |
| | 4 | 7% | 79,957 | 93% | 1,122,217 | 100% | 1,202,174 |
| | 5 | 8% | 137,737 | 92% | 1,525,421 | 100% | 1,663,158 |
| | 6 | 4% | 94,000 | 96% | 2,465,000 | 100% | 2,559,000 |
| | 7 | 1% | 30,000 | 99% | 5,010,000 | 100% | 5,040,000 |
Average | 7% | 111,195 | 93% | 1,431,432 | 100% | 1,542,626 | ||
Average all categories | 8% | 109,704 | 92% | 1,312,075 | 100% | 1,421,779 |
Source: Calculating data from questionnaire, 2008
*) : Some data came from not only quissionaire but also monthly report
Melihat data tersebut diketahui bahwa kenaikan pendapatan pada responden yang terlibat program PUE setidaknya dapat mengurangi jarak perbedaan pendapatan dengan keluarga lainnya yang lebih mampu. Jika dilihat lebih jauh, maka diketahui pengalaman dalam bidang pekerjaannya itu lebih berharga daripada tingkat pendidikan formal. Dengan pengalaman mereka dapat meningkatkan kreativitas produksi serta memperluas jejaring sosialnya untuk kepentingan meningkatkan pendapatan.
Tabel 1.2. Distribusi pengeluaran keluarga berdasarkan pada tipe pekerjaan dan keikutsertaan responden terhadap program PUE
No | Occupation | Expenditure average (monthly) | |||||||||
Participant | Non participant | ||||||||||
Food | Non food | Total | Food | Non food | Total | ||||||
% | number | % | number | number | % | number | % | number | number | ||
1 | Fisherman | 67% | 827,893 | 33% | 400,570 | 1,228,463 | 68% | 1,105,910 | 32% | 523,573 | 1,629,482 |
2 | Farmer | 65% | 893,867 | 35% | 474,793 | 1,368,660 | 65% | 1,092,071 | 35% | 594,024 | 1,686,094 |
3 | Craftsman | 56% | 750,000 | 44% | 582,900 | 1,332,900 | 59% | 1,003,733 | 41% | 698,447 | 1,702,180 |
4 | Others | 68% | 1,022,294 | 32% | 488,901 | 1,511,195 | 59% | 1,170,470 | 41% | 799,688 | 1,970,157 |
Average | 64% | 873,514 | 36% | 486,791 | ,360,305 | 63% | 1,093,046 | 37% | 653,933 | 1,746,978 |
Source: Calculating data from questionnaire, 2008
Tabel 1.3. Comparison between household income and food expenditure in Karimunjawa village
No | Participation | HH Income | Food expenditure | Engel index |
1 | Participate | 1,433,808 | 881,951 | 0.62 |
2 | Non participate | 1,666,732 | 1,103,698 | 0.66 |
3 | All respondent | 1,578,537 | 1,019,736 | 0.65 |
Engel indeks menggambarkan bagaimana sebuah keluarga membelanjakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan makanan. Meski dipengaruhi oleh pola konsumtif masyarakat, akan tetapi dengan melihat Engel indeks setidaknya kita mengetahui seberapa besar sisa pendapatan keluarga yang digunakan untuk pendidikan, kesehatan dan biaya produktif lainnya. Pada akhirnya kita dapat menilai seberapa besar tingkat kesejahteraannya dari sisi pengeluaran pendapatan.
Tabel 1.4. Comparison of household income between 2000 and 2008 in Karimunjawa National Park
No | Participation | HH income 2000 | HH income 2008 | Difference | ||
nominal | real | nominal | real | value | ||
1 | Participate | 499,744 | 499,744 | 1,433,808 | 594,103 | 94,359 |
2 | Non participate | 577,930 | 577,930 | 1,666,732 | 690,616 | 112,686 |
3 | All respondent | 548,325 | 548,325 | 1,578,537 | 654,072 | 105,747 |
Note: Base year CPI in 2000 = 100 and CPI in 2008 = 241.34
Tabel 1.4 menunjukkan bahwa penambahan pendapatan dengan nilai riil tahun 2008 menunjukkan bahwa responden yang ikut program PUE tidak lebih besar dari responden yang tidak ikut program. Hal ini bisa terjadi karena kondisi awal responden pada tahun 2000 sangat berbeda. Jejaring sosial dan ekonomi juga berbeda, dimana responden yang kaya tentunya lebih luas jejaring yang dapat meningkatkan pendapatan. Untuk itulah maka yang dibahas adalah khusus pada peningkatan pendapatan responden yang terlibat program PUE tanpa membandingkannya dengan yang tidak terlibat maupun dengan program lainnya.
Tabel 1.5 The opinion about public facilities in Karimunjawa National Park
No | Facilities | Opinion | |||||
Improve | Sufficient | Worse | |||||
Value | Percentage | Value | Percentage | Value | Percentage | ||
1 | Road/Bridge | 64 | 31.07% | 95 | 46.12% | 47 | 22.82% |
2 | School | 87 | 42.23% | 100 | 48.54% | 19 | 9.22% |
3 | Health | 78 | 37.86% | 114 | 55.34% | 14 | 6.80% |
4 | Water & electricity | 49 | 23.79% | 122 | 59.22% | 35 | 16.99% |
5 | Telecomunication | 56 | 27.18% | 105 | 50.97% | 45 | 21.84% |
| Average | 67 | 32.43% | 107 | 52.04% | 32 | 15.53% |
Source: Calculating data from questionnaire, 2008
Table 1.6 The opinion about natural resources (ecosystems) in Karimunjawa National Park
No | Ecosystems | Opinion | |||||
Improve | Sufficient | Worse | |||||
Value | Percentage | Value | Percentage | Value | Percentage | ||
1 | Low land forest | 86 | 41.75% | 61 | 29.61% | 59 | 28.64% |
2 | Fresh water | 108 | 52.43% | 82 | 39.81% | 16 | 7.77% |
3 | Mangrove forest | 86 | 41.75% | 63 | 30.58% | 57 | 27.67% |
4 | Corals | 91 | 44.17% | 58 | 28.16% | 57 | 27.67% |
5 | Sea | 100 | 48.54% | 90 | 43.69% | 16 | 7.77% |
| Average | 94 | 45.73% | 71 | 34.37% | 41 | 19.90% |
Source: Calculating data from questionnaire, 2008
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden memberikan apresiasinya pada kondisi infrastruktur dan sumber daya alam dengan penilaian cukup dan baik. Hal ini berarti bahwa kondisi infrastruktur masih perlu untuk ditingkstksn guna mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun mengenai kondisi sumber daya alamnya, mereka menilai ada peningkatan dalam artian masyarakat dapat menikmati air tanpa kesulitan, mendapatkan ikan dan budidaya rumput laut dengan hasil yang lumayan, adanya jaminan penegakan hukum yang tegas dan adil bagi pelaku perusakan alam, serta pembinaan dan bantuan untuk kepentingan masyarakat yang terkait dengan lingkungan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalaha sebagai berikut:
1. Penelitian ini menunjukkan bahwa program pemberdayaan (Program PUE) mempunyai kecenderungan untuk dapat meningkatkan pendapatan riil keluarga meskipun dampaknya masih terbatas.
2. Dampak awal dari program pemberdayaan yang terbesar adalah partisipan dari desa Karimunjawa dan dampak awal yang terkecil adalah partisipan dari desa Parang.
Saran yang dapat untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil kebijakan selanjutnya adalah:
1. Proses “Strategic Thinking” untuk memecahkan masalah kemiskinan dapat disesuaikan dengan pemahaman yang lebih baik terhadap inti permasalahan dan karakteristik masyarakat.
2. Perencanaan program ini sebaiknya memiliki kejelasan dalam menyatakan tujuan, target, tata waktu, kerangka logis, indikator untuk analisis dan metode evaluasi.
Berita tentang Taman Nasional Karimunjawa
- Kompas - Karimunjawa Rawan Eksploitasi
- Suara Merdeka - Tersangka Kapal Cantrang Dilimpahkan
- Jawa Pos - 25% Terumbu Karang Rusak
- Jawa Pos - Karimunjawa Masih Jadi Primadona
- Jawa Pos - Melihat Potensi Terumbu Karang di Karimunjawa
- Suara Merdeka - Kapal Karimunjawa ditemukan
- Suara Merdeka - Investasi Bengkoang Karimunjawa
- Suara Merdeka - Djarum melestarikan lingkungan demi hidup berkualitas
- Suara Merdeka - Diusulkan Raperda Pengelolaan Daerah Pesisir
- Suara Merdeka - Ombak Tinggi Nelayan Karimunjawa Tak Melaut
- Suara Merdeka - Ombak Tinggi Karimunjawa Terisolir
- Suara Merdeka - Perda Pesisir Jepara
- Suara Merdeka - Karimunjawa, Idola Wisatawan Domestik
- Suara Merdeka - Tahun 2009 KM Kartini I mengantarkan 13.257 penumpang
- Suara Merdeka - 54,86% Perairan Pulau Sintok Masih Tertutup Karang
- Suara Merdeka - Masuk Zona terlarang Karimunjawa, Kapal Cantrang Ditangkap
- Suara Merdeka - Biomassa Ikan Karang di Karimunjawa Menurun
- Jawa Pos - 25 persen terumbu karang rusak
- Suara Merdeka - Infrastruktur Klaster Wisata Karimunjawa Digenjot
- Suara Merdeka - Menhut: Semua patuhi aturan
- Suara Merdeka - Nelayan Karimunjawa Protes Lagi
- Radar Semarang - Gubernur upayakan peninjauan status TN Karimunjawa
- DetikNews - Karimunjawa Terisolasi Rutin oleh Cuaca
- Detikcom - KM Masa Indah Tenggelam di Karimunjawa
- DetikNews - SBY Menanam Dewadaru Karimunjawa
- DetikNews - PT.Pura Wisata Baruna Bermasalah di Karimunjawa
- Suara Merdeka - Penyusunan Zonasi Baru di TN Karimunjawa
- Suara Merdeka - Homestay, Dampak Ekoturisme di Karimunjawa
- Suara Merdeka - MTs Safinatul Huda Kec.Karimunjawa Bangun Website
- Suara Merdeka - SMP N Karimunjawa Berbudidaya Rumput Laut
- Suara Merdeka - Karimunjawa Krisis Air
- Suara Merdeka - Wacana Hisyam, Karimunjawa Perlu Kajian Karakter Warganya
- Suara Merdeka - Ir. Nababan Berbicara Tentang Sosialisasi di Karimunjawa
- Suara Merdeka - Budidaya ikan di Karimunjawa bermasalah?
- Suara Merdeka - WCS dan KSM Kunci pasang 10 rumpon di Pulau Parang
- Suara Merdeka - Ekosistem Karang di Karimun Menurun (hasil ReefCheck 2007)
- Suara Merdeka - Nelayan Thailand beroperasi di Karimunjawa
- Suara Merdeka - Nelayan Karimunjawa Protes (Jumat, 5 Juli 2002)
- Suara Merdeka - Wacana Hafizh terhadap arogansi BTNKJ
- Suara Merdeka - Pencurian besi kapal karam di Karimunjawa
- DetikNews - Pelepasan 2 Elang Laut di Karimunjawa
- Suara Merdeka - Pelepasliaran Elang Laut
- Suara Merdeka - Pembelaan Waryadi ttg kasusnya di Karimunjawa
- Suara Merdeka - Kasus Wariadi
- DetikNews - Kasus Pulau Bidadari NTT mirip di Karimunjawa
- DetikNews - Modus Pembelian Pulau di Karimunjawa
- Detik.com - Ramai-ramai berinvestasi di Karimunjawa
- Suara Merdeka - H. Mardiyanto Berkilah Soal Penjualan Pulau di Karimunjawa
- Suara Merdeka - 27 Pulau di Karimun Dikuasai Investor?
- Detik.com - Kepemilikan Pulau di Karimunjawa
- Kompas - Status pengelolaan Karimunjawa
- Kompas - Pengeboman di Karimunjawa??
- The Jakarta Post - Penyelamatan Elang Langka